Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 22: 25-31
Ketika kita membaca Mazmur 22 ini secara keseluruhan, maka kita akan menemukan penderitaan pemazmur yang kehilangan martabatnya sebagai manusia. Ia menderita secara batin dan fisik, ia mendapatkan sindiran dan merasakan ketakutan sebab merasa sudah berada di ambang maut sebab ia akan menjadi mangsa yang tidak berdaya bagi lawan-lawannya (ay.12).
Pada situasi ini, pemazmur menyampaikan doa permohonan yang dimulai dengan “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Pemazmur sedang menghadapi konflik antara penderitaannya dengan imannya kepada Tuhan, ia selalu berseru-seru kepada Tuhan siang dan malam tetapi Tuhan tidak kunjung untuk menjawab. Ia membandingkan dirinya dengan nenek moyangnya ketika berseru dan Tuhan menjawab dan melepaskan mereka (ay. 4-6). Namun demikian, ia tetap percaya kepada Tuhan walaupun ia merasa ditinggalkan Tuhan, bagaimanapun berat penderitaannya tetap hanyalah Tuhan satu-satunya yang menjadi kekuatannya (ay.20b), bahwa imannya kepada Tuhan sedang menghadapi perjuangan.
Setelah menghadapi perjuangan iman yang berat, akhirnya Tuhan mendengarkan doanya. Imannya mengalahkan penderitaan yang berat itu. Ia membayar nazarnya dan mengundang orang-orang yang takut akan Tuhan untuk memuji Tuhan. Karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan itu akan terus dikabarkan dari generasi ke generasi, bahkan seluruh bangsa-bangsa akan sujud menyembah dihadapanNya.
Mazmur ini disebut juga “Mazmur salib” karena melukiskan beratnya penderitaan Kristus. Beberapa kutipan ayat dalam mazmur ini yang menggambarkan penderitaan Kristus: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”; “Mereka menusuk tangan dan kakiku”; “Mereka membagi-bagikan pakaianku…membuang undi atas jubahku”
Dalam nas renungan kita pada saat ini (ay. 25-31) mengungkapkan kepada kita bahwa Tuhan berdaulat dan berkuasa penuh atas kehidupan ini. Walaupun awalnya pemazmur mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam penderitaannya yang berat itu, namun imannya tidak goyah diterjang beratnya penderitaan. Ia berjuang dengan iman sehingga tetap memiliki pengharapan bukan keputus-asaan.
Relasi yang intim dengan Tuhan memiliki kuasa yang besar. Jika kita telah memiliki iman, maka kita tidak lagi menjadi orang-orang yang mau menyerah kepada keadaan yang membuat kita putus asa, takut dan bimbang. Tidak ada doa yang sia-sia tanpa jawaban, yang ada adalah Tuhan memiliki jawaban yang terbaik bagi orang-orang yang dikasihiNya. Kita ingat doa Tuhan Yesus ketika akan menghadapi penderitaan: “ambillah cawan ini dari padaKu, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki”.
Relasi personal yang intim kepada Tuhan kekuatan dan keselamatan kita menghadapi kehidupan ini. Seperti ranting dan pokok anggur yang selalu merekat, supaya kita memperoleh kekuatan dan keselamatan yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini. Dalam situasi apapun biarlah kita tetap melekat dengan kasih Kristus. Supaya jangan kedekatan kepada Tuhan itu hanya ketika kesulitan dating, yang sifatnya sementara, dipanggil dan diingat jika diperlukan. Tetapi kita jadikanlah Tuhan menjadi smber kehidupan dan kekuatan sepanjang hidup kita.